Pertama di Dunia! Mining Crypto Bertenaga Nuklir
Aktivitas mining crypto terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sebelum mulai mining, simak ulasan berikut.
Mining Crypto itu Apa?
Mining atau dalam bahasa Indonesia memiliki makna tambang. Yang dimaksud yakni rangkaian proses yang dilakukan untuk tujuan mengeruk dan mengumpulkan aset crypto baru sebanyak-banyaknya. Untuk melakukan serangkaian proses tersebut dibutuhkan perangkat komputer yang terhubung jaringan internet.
Dengan kata lain, perangkat komputer untuk mining crypto ialah PC khusus bukan yang umum digunakan. Yang mana termasuk PC dengan spek hardware mumpuni untuk memecahkan matematika komputasi yang tidak mudah.
Legalitas mining tersebut tergantung pada kebijakan dari negara masing-masing. Di Indonesia, menambang kripto ini termasuk aktivitas yang legal. Oleh karena kripto termasuk dalam komoditi yang sah, maka pemilik aset kripto juga dikenakan pajak PPh juga PPN.
Mining crypto dikenal juga sebagai rangkaian proses melakukan validasi atas transaksi yang ada di dalam jaringan blockchain. Tugas penambang adalah membaca block baru caranya dengan menyelesaikan teka-teki matematis yang ada di protokol jaringan.
Jika berhasil mendapatkan blok baru, makan penambang berhak mendapatkan hadiah. Reward tersebut berupa cryptocurrency yang merupakan hadiah dari jasa penambang.
Fasilitas Mining Aset Kripto Ramah Lingkungan
Berdasarkan hasil analisis menyebutkan bahwa aktivitas mining crypto mengkonsumsi tenaga listrik yang besar. Setidaknya ada 77,78 TWh energi yang digunakan pada saat penambangan crypto. Menanggapi permasalahan yang muncul tersebut, muncul solusi yang diklaim mampu menekan konsumsi daya listrik yang berlebihan.
Mining Aset Kripto dengan Listrik Tenaga Nuklir
Cumulus Data, adalah salah satu produsen listrik di Amerika yang telah memasang listrik tenaga nuklir. Pembangkit listrik bertenaga nuklir ini memiliki kapasitas 2,5 gigawatt yang diinstal di gedung Susquehanna. Area 1.200 hektar digunakan untuk instalasi pembangkit listrik ramah lingkungan ini.
Fasilitas mining crypto ini mulai sudah mulai beroperasi pada tahun 2023. Dilengkapi dengan 300.000 kaki pusat data dan 48 megawatt shell. Proyek pembangunan fasilitas mining ini dikenal dengan nama Nautilus Cryptomine.
Menariknya reaktor nuklir yang pada yang diinstal ini tidak hanya dapat menekan emisi karbondioksida. Akan tetapi dapat pula meningkatkan daya tarik kripto pada sebagian besar kelompok para investor Institusional. Yang mana di samping menggaungkan aspirasi lingkungan, juga sosial beserta tata kelolanya.
Fasilitas mining crypto dikembangkan oleh perusahaan Talen Energy bekerjasama dengan TeraWulf. Sebuah perusahaan yang mining aset kripto yang basinya ada di Amerika Serikat.
Proyek ini sempat berhenti sementara pada Desember tahun lalu. Akan tetapi operasi akan lebih ditingkatkan dengan penyediaan kapasitas penambangan yang lebih tinggi. Rencananya akan disediakan fasilitas dengan kapasitas 50 megawatt untuk mining di Q1 tahun ini.
Mining Menggunakan Tenaga Listrik Tenaga Air
Tidak hanya di Gedung Susquehanna, Pennsylvania saja, mining crypto dengan energi terbarui juga ada di Kongo. Tepatnya di Taman Nasional Virunga dibangun fasilitas mining rendah biaya dengan pembangkit listrik tenaga air.
Yang mana diperuntukkan menghimpun dana perlindungan satwa liar beserta hutan di taman lindung Afrika. Hutan lindung tertua tersebut telah terdampak penggundulan hutan, kekerasan milisi, juga bantuan pemerintah yang kurang memadai.
Berdasarkan CNBC, salah satu negara yang juga akan menggunakan tenaga terbarukan untuk mining crypto adalah El Salvador. Negara ini berencana membuat sebuah kota Bitcoin yang akan dibangun di La Union sebagai pusat mining Bitcoin.
Dibutuhkan ketelitian dan kecerdasan dalam memecahkan serangkaian proses mining crypto dan mengumpulkan aset. Namun, tak kalah pentingnya menjaga lingkungan dengan menggunakan fasilitas mining rendah biaya.